si O's Glasses

Sugeng Rawuh....^^

Jumat, 27 Januari 2012

Lagu Rindu untukmu Wahai Sahabatku, Saudaraku

Malam ini, tertumpah sudah. Air mata yang telah ku coba bendung begitu lama, airnya mengalir tak bermuara. Bukan, ini bukan air mata sedih atau duka. Air ini murni, semurni tumpahan rinduku padamu sahabatku, saudaraku. Memang tak banyak foto atau benda apapun yang mengingatkanku padamu, tapi entah mulai terhitung sejak kapan air mata ini mengalir karena mengingatmu. Mungkin memang terlalu indah persahabatan ini, terlalu berharga saudaraku.

Selalu ku takut suatu saat aku akan sulit untuk menatapmu, karena takdirmu. Kau harus pulang ke pangkuan ibumu. Saat itulah aku hanya bisa berdoa, semoga kesempatan akan Allah hadiahkan kepadaku, kesempatan mengunjungimu. Tanpa perlu melihat matahari dan bintang saling bertukar tempat, waktu ini terlalu singkat. Dan waktu itu akan tiba. Semoga persahabatan dan persaudaraan ini tidak berhenti dalam hidup yang serba abu-abu ini.

Selain kau cari imammu dan aku mencari imamku, kubayangkan aku akan berlari melewati hamparan rumput hijau yang diatasnya embun-embun pagi masih seperti butiran salju. Akan ku panggil namamu, akan kucari diantara ribuan, bukan! Mungkin, entah berapa insan yang ada disana. Dan dengan tiba-tiba kau balas panggilanku. Kau tersenyum, kau lambaikan tanganmu dan kau katakan,”saudaraku, akhirnya tiba juga kau ditempat ini.” Dan akan ku katakan,” aku selalu ingat filosofi bunga matahari yang kau paparkan ditaman kampus siang itu.” Ku tak tahu lagi harus bagaimana ku rangkai angan-anganku dalam kata. Semua terlalu indah.

Masih segar dalam ingatanku, pernah suatu saat kau marah padaku. Dan aku sungguh minta maaf untuk itu. Seandainya kau tahu, aku kehilanganmu. Sakitku waktu itu, bukan gambaran nestapa penyakit semata. Aku bersalah padamu. Saat kita mulai sama-sama belajar menjadi dewasa ingatkah kau ku berkata, “Andai dulu ku tahu lagu pertengakaran kecil ini, akan kunyanyikan lagu ini untukmu.” Dengan tegas kau pun menjawab, “Kau mau, aku marah lagi!” Tidak saudaraku, aku tidak mau melihat kemarahanmu lagi karenaku. Untuk apa ku ingin lihat kemarahanmu, sedangkan senyumanmu saja ku rindukan.

Semua yang ada dikepalaku hanyalah bayangan dan pertanyaan “kapan”. Bayangan kau dan aku, kita duduk dihutan kita. Bersama kita duduk dan kembali kita bercerita. Kubayangkan kau tertawa dengan sembunyi-sembunyi, mungkin karena kau takut suaramu cukup keras untuk seekor semut yang saat itu numpang lewat. Walaupun begitu, tertawamu tetap renyah seperti dulu. Disana kau juga bercerita panjang lebar tentang apapun itu, mimpi, harapan dan kenangan-kenangan kecil masa lalu. Disana pulalah kau mengajarkanku banyak hal. Bagaimana aku harus mempertahankan kehidupan, kau ingatkan diakhirat aku berakhir. Masih dihutan yang hijau itu pula, kau juga men-talaqiku. Membenarkan kesalahanku yang andai ditulis dalam kertas putih, menjadikannya berwarna hitam. Huft....Terlalu indah sepertinya.... ^_^

Sahabatku, saudaraku kaulah insan bernama kekasih....

Semoga persahabatan dan persaudaraan ini perpanjangan...

Tunggu aku disyurgaNya kelak... ^_^

Amin...

1 komentar:

  1. Mbak Ika... Subhanalloh... Semoga Alloh senantiasa menjada persahabatan kalian yang memang InsyaAlloh murni karena Alloh...^^

    Setiap takdir pasti sudah terinci kebaikan-kebaikan di dalamnya. Dan belajar dari akar kuat mereka yang merambat ke karakter kita, Insya Alloh suatu saat jika Alloh memang menakdirkan tidak lagi bersama menatap rembulan dalam satu tempat, nilai kebermanfaatan darinya akan tetap berbuah kebaikan... kejeliannya menatap kehidupan, ketekunannya, kepandaiannya... Semuanya... Bersyukur mbak bisa kenal orang seperti beliau. Setidaknya menapakkan jejak syukur di hati kita...^^

    Selamat berkarya untuk banyak orang mbak Ika...^^

    BalasHapus