si O's Glasses

Sugeng Rawuh....^^

Senin, 09 April 2012


3M (Mencari, Menemukan dan Mempertemukan)

Dalam hidup ini berisi mencari, menemukan dan mempertemukan. Itulah isi hidup yang membuat hidup menjadi indah dan bermakna. Mengapa sesuatu itu sering kita anggap bagus atau indah? Tentu saja karena kita tidak bisa membuatnya. Namun kita juga bisa membuat hal serupa yang tidak kalah bagus dan indah, jika kita faham bagimana cara membuatnya. Demikian pula dengan kehidupan. Hidup akan menjadi indah dan menawan jika kita mencari, menemukan dan mempersatukannya.
Sebenarnya apa yang dicari dalam hidup ini? Apakah sesuatu yang hilang? Mungkin saja demikian. Hal yang sulit dalam hidup ini adalah mencari, karena mencari merupakan tahap pertama yang harus dilakukan. Namun adalakanya apa yang kita cari sebenarnya telah ada didalam diri kita. Sayangnya sering kali kita tidak menyadarinya. Atau saat kita menemukan apa yang kita cari, kita belum mampu menggenggamnya. Misalkan bila kita mendefinisikan apa arti jujur, apakah kita bisa dipastikan dapat bersikap jujur? Belum tentu. Atau kita bisa menjelaskan apa itu sabar, tapi kita belum bisa bersabar, maka sabar yang ada dalam diri kita masih berupa benda padat.
Bisa jadi apa yang kita cari atau apa yang kita temukan sering kali Allah berikan dalam keadaan beku didalam diri kita, sehingga kita tidak menyadari dan harus mencarinya. Atau seandainya kita menemukan sering kali belum mampu menggenggamnya. Seperti halnya suatu benda yang diletakkan diatas benda yang membeku, maka benda yang tersebut akan menjadi dingin dan membeku. Untuk itu diperlukan matahari yang memberi panas dan melelehkannya. seperti halnya dalam kehidupan ini, apabila kita belum menemukan apa yang kita cari atau kita belum mampu mendapatkan apa yang telah kita temkukan, maka kita memerlukan orang lain atau situasi yang mendukung kita untuk menemukan dan mendapatkannya.
Sebenarnya apa yang cari telah Allah berikan didalam diri kita dan sudah ada semenjak kita dilahirkan. Apa yang kita cari, kita dapatkan dan harus kita pertemukan adalah baik, benar dan mulia. Dan itulah yang sebenarnya sering kali belum mampu kita genggam dalam kehidupan kita. Jika kita hidup sekedar hidup, maka kehidupan kita selayaknya kehidupan binatang. Tapi mungkin saja saat ini seekor monyet di gurun Afrika yang berusia 25 tahun (diselaraskan umur manusia kalau sudah waktunya menikah). Dia (sang monyet) tidak sibuk sms sana sini menawarkan diri, tetapi dia mendatangi dua sosok monyet lain, yaitu bapak dan ibu monyet. Kemudian mereka bertiga berbincang. Tak berapa lama dari waktu perbincangan itu, banyak monyet lain berkumpul dan ditengah – tengah monyet tersebut terdapat dua ekor monyet yang sedang melangsungkan ijab kabul dan akhirnya kedua monyet itu dapat  pergi berdua. Maka Alkhamdulillah mereka menjadi mulia, setelah mencari dan menemukan.
Bukti dari mencari adalah menemukan. Sebenarnya baik, benar dan mulia itu tidaklah susah, karena tiga hal tersebut sebenarnya ada didekat kita. Jika belum menemukan, maka sebenarnya kita belum mencari. Jangan meminta anak kecil menari ditempat sampah, sebab kalau itu dilakukan maka ia akan menemukan sampah atau minimal akan membawa bau sampah kedalam rumah. Jangan pula suruh orang yang lemah untuk mencarinya ditempat yang buruk, tetapi dibawa ketempat yang baik. Kita harus menjadi pribadi yang kuat, agar kita mudah mencari pribadi yang baik, benar dan mulia. Menemukan itu adalah hal antara mencari dan mempertemukan.

Jumat, 27 Januari 2012

Lagu Rindu untukmu Wahai Sahabatku, Saudaraku

Malam ini, tertumpah sudah. Air mata yang telah ku coba bendung begitu lama, airnya mengalir tak bermuara. Bukan, ini bukan air mata sedih atau duka. Air ini murni, semurni tumpahan rinduku padamu sahabatku, saudaraku. Memang tak banyak foto atau benda apapun yang mengingatkanku padamu, tapi entah mulai terhitung sejak kapan air mata ini mengalir karena mengingatmu. Mungkin memang terlalu indah persahabatan ini, terlalu berharga saudaraku.

Selalu ku takut suatu saat aku akan sulit untuk menatapmu, karena takdirmu. Kau harus pulang ke pangkuan ibumu. Saat itulah aku hanya bisa berdoa, semoga kesempatan akan Allah hadiahkan kepadaku, kesempatan mengunjungimu. Tanpa perlu melihat matahari dan bintang saling bertukar tempat, waktu ini terlalu singkat. Dan waktu itu akan tiba. Semoga persahabatan dan persaudaraan ini tidak berhenti dalam hidup yang serba abu-abu ini.

Selain kau cari imammu dan aku mencari imamku, kubayangkan aku akan berlari melewati hamparan rumput hijau yang diatasnya embun-embun pagi masih seperti butiran salju. Akan ku panggil namamu, akan kucari diantara ribuan, bukan! Mungkin, entah berapa insan yang ada disana. Dan dengan tiba-tiba kau balas panggilanku. Kau tersenyum, kau lambaikan tanganmu dan kau katakan,”saudaraku, akhirnya tiba juga kau ditempat ini.” Dan akan ku katakan,” aku selalu ingat filosofi bunga matahari yang kau paparkan ditaman kampus siang itu.” Ku tak tahu lagi harus bagaimana ku rangkai angan-anganku dalam kata. Semua terlalu indah.

Masih segar dalam ingatanku, pernah suatu saat kau marah padaku. Dan aku sungguh minta maaf untuk itu. Seandainya kau tahu, aku kehilanganmu. Sakitku waktu itu, bukan gambaran nestapa penyakit semata. Aku bersalah padamu. Saat kita mulai sama-sama belajar menjadi dewasa ingatkah kau ku berkata, “Andai dulu ku tahu lagu pertengakaran kecil ini, akan kunyanyikan lagu ini untukmu.” Dengan tegas kau pun menjawab, “Kau mau, aku marah lagi!” Tidak saudaraku, aku tidak mau melihat kemarahanmu lagi karenaku. Untuk apa ku ingin lihat kemarahanmu, sedangkan senyumanmu saja ku rindukan.

Semua yang ada dikepalaku hanyalah bayangan dan pertanyaan “kapan”. Bayangan kau dan aku, kita duduk dihutan kita. Bersama kita duduk dan kembali kita bercerita. Kubayangkan kau tertawa dengan sembunyi-sembunyi, mungkin karena kau takut suaramu cukup keras untuk seekor semut yang saat itu numpang lewat. Walaupun begitu, tertawamu tetap renyah seperti dulu. Disana kau juga bercerita panjang lebar tentang apapun itu, mimpi, harapan dan kenangan-kenangan kecil masa lalu. Disana pulalah kau mengajarkanku banyak hal. Bagaimana aku harus mempertahankan kehidupan, kau ingatkan diakhirat aku berakhir. Masih dihutan yang hijau itu pula, kau juga men-talaqiku. Membenarkan kesalahanku yang andai ditulis dalam kertas putih, menjadikannya berwarna hitam. Huft....Terlalu indah sepertinya.... ^_^

Sahabatku, saudaraku kaulah insan bernama kekasih....

Semoga persahabatan dan persaudaraan ini perpanjangan...

Tunggu aku disyurgaNya kelak... ^_^

Amin...